Internasional

Konflik Berdarah Dua Hari, Negara Kamboja Desak Gencatan Senjata dengan Thailand

37
×

Konflik Berdarah Dua Hari, Negara Kamboja Desak Gencatan Senjata dengan Thailand

Sebarkan artikel ini
Kolase foto/istimewa: Situasi di perbatasan Thailand dan Kamboja terus memburuk seiring dengan semakin meluasnya perang antara pasukan militer kedua negara

 

KAMBOJA, Warganet – Negara Kamboja mendesak gencatan senjata segera dan tanpa syarat kepada Thailand demi menghentikan konflik bersenjata yang meletus di perbatasan kedua negara selama dua hari terakhir.

Seruan itu disampaikan langsung oleh Duta Besar Kamboja untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Chhea Keo, dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB, Jumat malam waktu setempat (25/7/2025).

“Kamboja meminta gencatan senjata segera tanpa syarat dan kami juga menyerukan penyelesaian sengketa ini secara damai,” kata Chhea Keo usai pertemuan darurat yang turut dihadiri delegasi Thailand.

Pertemuan itu digelar menyusul meningkatnya ketegangan militer di kawasan perbatasan, yang memicu kekhawatiran akan pecahnya konflik lebih luas antara dua negara Asia Tenggara tersebut.

Dalam pernyataannya, Chhea Keo mempertanyakan logika di balik tudingan Thailand. Ia meragukan bagaimana negara sebesar Thailand, yang merupakan kekuatan militer utama di kawasan, bisa menuduh Kamboja, negara kecil tetangganya sebagai pihak yang memulai serangan.

“(Dewan Keamanan) menyerukan agar kedua pihak menunjukkan pengendalian diri secara maksimal dan menempuh jalur diplomasi. Itulah yang juga kami serukan,” ujarnya, dikutip AFP.

Tak ada perwakilan negara lain yang memberikan pernyataan kepada media usai pertemuan darurat ini. Belum ada konfirmasi respons dari utusan Thailand di PBB soal permintaan Kamboja ini.

Namun, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Thailand, Nikorndej Balankura, sebelumnya menyampaikan kepada AFP bahwa pertempuran mulai mereda sejak Jumat sore.

Ia mengatakan bahwa Bangkok terbuka untuk melakukan perundingan, termasuk dengan bantuan dari Malaysia sebagai ketua ASEAN tahun ini.

“Kami siap, jika Kamboja ingin menyelesaikan masalah ini melalui jalur diplomatik, baik secara bilateral maupun melalui mediasi Malaysia, kami siap untuk itu. Namun hingga saat ini, kami belum menerima tanggapan apa pun,” tutur Nikorndej kepada AFP, dalam pernyataan yang disampaikan sebelum pertemuan Dewan Keamanan PBB digelar.

Perdana Menteri sementara Thailand, Phumtham Wechayachai, sebelumnya telah mengingatkan bahwa apabila ketegangan terus meningkat, “konflik ini dapat berkembang menjadi perang” yang sesungguhnya.

Di sisi lain, Kementerian Kesehatan Thailand melaporkan bahwa lebih dari 138.000 penduduk telah dievakuasi dari daerah perbatasan.

Korban jiwa tercatat sebanyak 15 orang, terdiri dari 14 warga sipil dan satu anggota militer, akibat bentrokan yang berlangsung selama dua hari terakhir. Sementara itu, ada sekitar 46 orang lainnya terluka, termasuk 15 personel militer.

Bentrokan tersebut tercatat sebagai eskalasi paling mematikan dalam hubungan kedua negara itu dalam 13 tahun terakhir.

Sengketa wilayah perbatasan antara Kamboja dan Thailand telah berlangsung lama, melibatkan area yang dikenal sebagai tujuan wisata favorit jutaan turis mancanegara. (*)