BeritaOKU

*Pekasam Peninjauan Diangkat Dalam Diskusi Kebudayaan oleh Anak Muda | Identitas Daerah dan Ekonomi Kreatif*

42
×

*Pekasam Peninjauan Diangkat Dalam Diskusi Kebudayaan oleh Anak Muda | Identitas Daerah dan Ekonomi Kreatif*

Sebarkan artikel ini

Warganet – Diskusi Kebudayaan bertajuk “Pekasam Peninjauan: Psikologi Rasa, Riwayat dan Warisan Budaya” digelar di Desa Peninjauan, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan, pada Selasa (11/11/2025). Kegiatan ini menghadirkan berbagai kelompok masyarakat mulai dari komunitas perempuan, UMKM rumahan, penggerak budaya lokal, ibu-ibu pengajian, hingga tokoh muda daerah.

Desa Peninjauan yang dialiri Sungai Ogan sejak lama dikenal sebagai sentra pembuatan pekasam—makanan tradisional berbahan dasar ikan segar yang dicampur nasi dan garam, kemudian difermentasi selama 3–5 hari sebelum dimasak dengan bumbu tradisional. Melimpahnya hasil ikan dari Sungai Ogan menjadikan kuliner ini sebagai warisan budaya turun-temurun masyarakat setempat.

Dalam diskusi tersebut, hadir tiga narasumber utama.
Pembicara pertama, Ibu Fadila, pelaku pembuat pekasam sejak lama, menekankan pentingnya menjaga keberlanjutan budaya kuliner tersebut. “Kita harus semangat mengenalkan pekasam kepada anak dan cucu-cucu kita. Ini makanan yang sudah turun-temurun dari nenek moyang,” ujarnya bernostalgia.

Pembicara kedua, Melisa Paulina, tokoh perempuan muda Sumsel sekaligus penulis buku “Pekasam Peninjauan: Psikologi Rasa, Riwayat dan Warisan Budaya”, menyoroti makna pekasam sebagai simbol identitas. “Satu makanan dapat menyimpan memori keluarga, identitas diri, dan nilai kebersamaan,” jelasnya.

Pembicara ketiga, Reza Yuniska Sari, menegaskan pentingnya pemberdayaan komunitas serta potensi ekonomi kreatif berbasis kuliner lokal. “Kita jangan hanya konsumsi sendiri. Kenalkan pekasam ke wilayah lain, bahkan minimal nasional, dengan packaging yang baik dan dipromosikan melalui media sosial,” tegasnya.

Antusiasme peserta tampak dalam sesi diskusi.
Salah satunya, Ibu Galu, mengaku sangat terharu.
“Saya senang dan bahagia, seperti diingatkan kembali suasana rumah zaman dulu. Kami juga diajarkan bagaimana membuat pekasam menjadi pendapatan tambahan untuk ekonomi keluarga. Semoga kegiatan ini sering berlangsung dan berkelanjutan,” ungkapnya.

Turut hadir pula Khoiril Sabili, tokoh muda Sumsel yang juga aktivis, akademisi, dan editor buku tersebut. Ia menilai kegiatan ini patut diapresiasi oleh pemerintah daerah.
“Anak muda yang mau mengangkat kebudayaan daerah sangat jarang. Ini langkah baik untuk melestarikan budaya sekaligus meningkatkan ekonomi kreatif. Pemerintah Sumsel harus memberi perhatian besar pada semangat seperti ini,” tegas Sabili.

Di sisi lain, Melisa Paulina selaku inisiator diskusi berharap kegiatan ini dapat terus berkembang.
“Anak muda harus peduli pada kebudayaan daerah. Kuliner tradisional dan kearifan lokal adalah warisan mahal yang diwariskan nenek moyang kita. Ini bisa menjadi peluang ekonomi bagi masyarakat. Terima kasih kepada BPK Wilayah VI dan Kementerian Kebudayaan atas fasilitas yang diberikan. Semoga program berharga ini terus digaungkan di tingkat nasional,” pungkasnya.

Kegiatan ini sejalan dengan unsur-unsur pemajuan kebudayaan menurut Kementerian Kebudayaan, yang meliputi tradisi dan adat istiadat, bahasa dan sastra, seni, pengetahuan tradisional, kearifan lokal, warisan budaya benda dan takbenda, serta komunitas budaya. (*)